1 Umar Kayam
Umar Kayam (lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 – meninggal di Jakarta, 16 Maret 2002 pada umur 69 tahun) merupakan seorang sosiolog, novelis, cerpenis, dan budayawan berkebangsaan Indonesia.
Biografi :
Dia menjabat sebagai Guru Besar Sastra Universitas Gadjah Mada (1978-1997) juga pernah antara lain menjadi Direktur Jenderal (Dirjen) Radio, Televisi, Film Departemen Penerangan (1966-1969) serta Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1969-1972).
Ia juga pernah memerankan Presiden Soekarno, pada film Pengkhianatan G 30 S/PKI.
Umar Kayam wafat pada 16 Maret 2002 setelah menderita patah tulang paha pangkal kiri. Umar Kayam meninggalkan seorang istri dan dua anak.
2 Sri Edi Swasono
Sri Edi Swasono (lahir di Ngawi, Jawa Timur, 16 September 1940; umur 69 tahun) adalah guru besar ekonomi di Universitas Indonesia. Ia pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dari utusan golongan pada zaman orde baru. Ia juga merupakan saudara dari Sri Bintang Pamungkas.
Beliau banyak berkecimpung di dunia koperasi. Beliau adalah menantu pertama Bung Hatta. Sri Edi menghabiskan hidupnya untuk menimba ilmu serta untuk memperjuangkan pembangunan koperasi di Indonesia.
Biografi :
Sri Edi Swasono mengawali latar belakang pendidikan tingginya dengan menjadi mahasiswa Ekonomi FEUI dan lulus pada tahun 1963. Kemudian melanjutkan studi S2 memperoleh gelar MPIA pada University of Pittsburgh pada tahun 1966.[rujukan?] Tidak lama setelah itu, beliau menyelesaikan studi S3 dan meraih Ph.D pada universitas yang sama(1969).
Beliau adalah orang yang produktif. Banyak karya, pengalaman, serta penghargaan yang dihasilkan dari kerja keras beliau. Karya-karyanya antara lain adalah Terobosan Kultural (1986), Demokrasi Ekonomi: Keterkaitan Usaha Partisipasi VS Konsentrasi Ekonomi (1988), Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi (1991), dan Menuju Pembangunan Perekonomian Rakyat (1998).
Sebagian besar pengalaman beliau di bidang pendidikan yaitu sebagai Pengajar di SESKOAD (sejak 1971), Lemhanas (sejak 1973), dan Staf Pengajar Tetap FEUI.Selain itu beliau juga adalah Ketua Umum Himpunan Pengembangan Ilmu Koperasi (sejak 1987) dan Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin, sejak 1988). Atas perjuangan serta pengabdiannya, beliau telah dianugerahi berbagai penghargaan dari dalam negeri dan juga luar negeri.
Penghargaan yang dianugerahkan kepada beliau antara lain adalah Satya Lencana Dwidya Sistha SESKOAD, Satya Lencana Dwidya Sistha SESKOAL, Satya Lencana Dwidya Sistha Lemhanas, Penghargaan Dewan Hankamnas, serta Penghargaan Kolonel dari Gubernur Kentucky (USA 1986).
3 Hermawan Sulistyo
Prof (Ris) Hermawan Sulistyo, MA, PhD, APU, seorang pemikir dan pakar politik yang sudah mengasah diri bertahun-tahun dalam dunia pendidikan formal dan nonformal, di dalam dan di luar negeri. Menimba pendidikan mulai dari SD Negeri Geneng, Ngawi; SD Negeri Guntur Madiun; SMP Negeri II Madiun; SMA Negeri I Madiun jurusan IPA;
Kemudian melanjut ke Jurusan Fisika, FIPIA Universitas Indonesia (UI); Jurusan Politik dan Pemerintahan Indonesia, Dept Ilmu Politik, FIIS (FISIP) UI dengan skripsi "Kepemimpinan di Pesantren: Studi Kasus Tebuireng". Dia juga mengasah diri dengan Filsafat Politik, Ekstension, STF Driyarkara; dan - Bahasa Inggeris, IELI, State University of New York (SUNY), Buffalo, AS;
4 Ratih Sanggarwati
Ratih Sanggarwati (lahir di Ngawi, Jawa Timur, 8 Desember 1962; umur 47 tahun) adalah seorang peragawati, model, pemain sinetron, pengusaha, penulis dari Indonesia.
Kariernya bermula saat Ratih Sang masuk SMU di Madiun. Ia mengikuti Lomba Pemilihan Putri Indonesia yang diselenggarakan oleh majalah Gadis, satu-satunya majalah remaja masa itu. Ratih Sang menjadi salah seorang dari 20 finalis ajang itu, bahkan terpilih sebagai Puteri Photogenic Lux 1980. Prestasi tersebut membawanya ke Jakarta. Sayapnya semakin mengembang setelah ia berhasil terpilih sebagai None Jakarta 1983. Karier Ratih Sang mulai berkembang saat dirinya mulai menggeluti dunia model. Postur tubuhnya yang menarik dan ideal, 172 cm dan 60 kg, membantunya menjadi bintang catwalk. Hal tersebut bukan penunjang utama kesuksesannya. Kesuksesannya adalah karena ketekunannya dalam menggeluti karier. Mode merupakan art yang seakan mengalir dalam darahnya.
5 Prijanto
Mayjen TNI (Purn) Prijanto (Ngawi, 26 Mei 1951) adalah seorang tokoh TNI. Jabatan terakhirnya adalah Aster KASAD dengan pangkat Mayor Jendral.Dibalik kebersahajaan seorang Prijanto, purnawirawan TNI ini juga merupakan sosok yang sangat religius dalam kehidupannya sehari-hari. Pria kelahiran Ngawi Jawa Timur, 26 Mei 1951 ini sejak kecil hingga kini masih rajin melakukan ritual puasa sunnah Senin-Kamis serta rutin melaksanakan ibadah salat malam (tahadjud).
Prijanto merupakan anak ketujuh dari sembilan bersaudara lahir dari pasangan Sumantri Wignjowijandjono dan Sumirah. Sang ayah merupakan seorang guru agama Islam di Ngawi serta merupakan pegawai kantor Pendidikan Agama di Karesidenan Madiun.
Prijanto kecil dikenal sebagai anak yang pandai bergaul dan memiliki banyak teman, namun untuk menjaga dari hal-hal negatif orangtuanya terus membekali Prijanto dengan ilmu agama.
Sekarang Prijanto menjabat sebagai wakil gubernur DKI Jakarta...hmm,hebat bukan?
Tokoh lainnya :
Dalang poor
Kirun
Topan Lessus
0 komentar:
Posting Komentar